Senin, 25 Juni 2012

DBD


MATERI PENYULUHAN
1.      Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ), dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam, perdarahan.
DHF atau yang dikenal dengan DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. (Hidayat, 2008)
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui gihitan nyamuk Aedes aegypti (Ngastiah, 2005).

2. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
 Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
Ciri-ciri nyamuk Aides Aegypty
1. Tubuh kecil, hitam, ada bercak putih pada kaki dan badan nyamuk
2. Hinggap mendatar, senang ditempat gelap
3. Menggigit pada siang hari


3. Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)
Gejala klinik timbul secara mendadak berupa :
1.      Demam
Diawali dengan demam tinggi mendadak, kontinu, bifasik, berlangsung 2-7 hari, naik-turun tidak mempan dengan antipiretik. Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan suhu namun perlu hati-hati karena dapat sebagai tanda awal syok. Fase kritis ialah hari ke 3-5.
Demam tinggi terus menerus. Suhu badan sekitar 39 – 40 derajat Celcius.
   
Gambar 1 Kurva Suhu DBD
2.   Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
3.   Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
4.   Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
4.     Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
      a.   Derajat I
Panas 2 – 7 hari, gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif, tanpa perdarahan spontan.
  1. Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
  1. Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
  1. Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat,yaitu
1.Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.Sebagaicontoh:
-Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu
.- Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali
.- Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
- Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas disekitar rumah-danlainsebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang),dan bakteri (Bt.H-14).
3.Kimiawi
Cara pengendali anini antara lain dengan:
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),
- berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
-Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air
 seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
            Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
6.   Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
7.      Tindakan yang dapat dilakukan sebagai terapi
Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a.   Tirah baring atau istirahat baring.
b.   Diet makan lunak.
c.   Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : air putih, susu, jus jambu merah, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d.   Berikan Kompres dengan air hangat pada saat panas tinggi
e.   Segera bawa ke dokter atau puskesmas terdekat
8Tips menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
- Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu
1)   Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya 1 x seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya
2)   Menutup rapat – rapat tempat penampung air
3)   Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan, seperti kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
-  Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali.
-  Menaburkan bubuk abate, dengan cara untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk
Abate atau 10 gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk
menakar, gunakan sendok makan. Satu sendok makan peres (yang diratakan di
atasnya) berisi 10 gram Abate. Anda tinggal membaginya atau menambahnya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi. Takaran tak perlu tepat betul. (Abate
dapat dibeli di apotik-apotik).
-  Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
-  Rumah dibersihkan, tidak menggantung baju
-  Panggil petugas untuk penyemprotan bila perlu

imunisasi


KONSEP DASAR IMUNISASI

A. PENGERTIAN IMUNISASI.
Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.  Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya,  perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi.
B. TUJUAN IMUNISASI.
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari dengan imunisasi yaitu:

Hepatitis.
Campak.
Polio.
Difteri.
Tetanus.
Batuk Rejan.
Gondongan
Cacar air
TBC

C. MACAM_MACAM IMUNISASI.

Ø Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak . Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:


1.    Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit.
2.    Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untukmendapatkan
perlindungan dari sutu penyakit.
Ø Imunisasi Pasif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanus Serum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah: Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan.misalnya antibodi terhadap
campak.
Imunisasi pasif ini di bagi yaitu:
Imunisai pasif alamiah
Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
Imunisasi pasif buatan.
Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu.
 
D. JENIS-JENIS IMUNISASI.

1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuan memberi kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosis dengan cara menghambat penyebaran kuman.

2. Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberian vaksin hepatitis B ke tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakit hepatitis.

3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin
poli (dalam bentuk oral) atau di kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empat kali dengan 4-6 minggu.

4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberi vaksin DPT (difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,pertusis,dan tetanus. Pemberian vaksin
pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu.
Difteri  : Penyakit difteri termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheria. Bakteri tersebut bersarang dan berkembang biak dalam tenggorokan dengan toksin yang sangat kuat. Penularannya bisa terjadi melalui udara atau cipratan sewaktu si penderita batuk atau bersin. Toksin dari bakteri itu dapat merusak saluran pernafasan dan masuk ke dalam aliran darah hingga bisa menyebabkan kelainan pada organ tubuh yang penting, misalnya jantung. Penyakit tersebut terutama menyerang anak-anak usia balita, padahal difteri bisa ditangkal dengan imunisasi DPT.
Pertusis (Batuk Rejan)   : Pertusis disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis yang bersarang di saluran pernafasan. Penyakit yang mudah menular tersebut digolongkan sebagai penyakit berat pada bayi. Pada balita, jarang menyebabkan kematian. Namun adanya batuk yang disertai nafas yang tersengal serta muntah-muntah dapat menimbulkan gangguan gizi pada anak, akibatnya pertumbuhannya akan terganggu. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi DPT.
Tetanus    :  Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri clostridium tetani yang terdapat dimana-mana, misalnya di tanah, kotoran hewan, debu dan lain sebagainya. Bakteri tersebut bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang tercemar oleh kotoran. Di dalam luka itu, bakteri akan berkembang biak dan membentuk toksin yang menyerang saraf. Gejala awal berupa ketegangan pada otot rahang dan leher yang dalam beberapa hari dapat berubah menjadi kejang otot disertai kesulitan menelan, gelisah dan mudah terangsang oleh suara, sentuhan, sinar dan sebagainya. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan imunisasi DPT/DT pada usia bayi. Selain itu, wanita yang tengah hamil juga perlu diberikan imunisasi dengan vaksin TT (Tetanus Toksoid) untuk melindungi bayinya dari tetanus ketika lahir.
5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di berikan pada usia 9 bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu interval 6 bulan atau lebih setelah suntikan pertama .


Imunisasi yang diwajibkan
NO
JENIS VAKSIN
WAKTU PEMBERIAN
CARA PEMBERIAN
EFEK SAMPING

MANFAAT
WAKTU PERLINDUNGAN

INDIKASI

KONTRA INDIKASI
1.
BCG
usia 0-3 bulan di ulang usia 10-13 tahun (kalau perlu)
Lengan kanan atas luar 1cc-0.05 cc
Sakit dan kaku di tmpat suntikan
Mencegah TBC
Seumur hidup
Memberikn kekabaln ktif pada tuberculusis
-Penyakit kulit menahun
-sedang tertular TBC
-gizi buruk
-demam tinggi
kehamlan
2
Hepatitis B
3X= 0 bulan
= 1 bulan
=3-6 bulan
Paha tengah bagian luar IM-0,5cc

Penceghan penularan HB
           -
Memberikan kekebalan aktif pada penyait hepattis B
Hipertinsi terhadap komponen vaksin, infeksi berat , kejang.
3
DPT
Usia 2,4,6,18 bulan dapat diulang 5&12 tahun
Paha tengah bagian luar IM-0,5cc
Demam. Tempat suntik kan sakit
Mencegh penularan difteri, pertusis dan tetanus.
Tetanus harus diulang setiap 5 tahun.
     -
Gejala ke abnormalan otak dan syraf.
4
Campak
2X = 9 bulan, 6 tahun
Lengan kiri atas SC-0,5 cc
Demam, timbul bercak bercak.
Mencegah penularan penyakit campak.
Belum diketahui
Memberikann kekebalan aktif pada pnyakit campak
Immune deficiency
5
Polio
Usia 0,2,3 ,4,6,18 bulan diulang usia 5 tahun
Mulut tetes -2 tets
Tidak ada
Mencegah kelumpuhan
Harus diulang agar selalu diulangi
Memberikan kekebalan aktif pada poliomelitis
-demam
-muntah/diare
-radiasi
-keganasan
-HIV












Imunisasi yang dianjurkan:
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air

MEKANISME IMUNISASI DALAM PROSES PENCEGAHAN PENYAKIT

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap organisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang sakit terlebih dahulu.vaksin zat yang di gunakan untuk membentuik imunitas tubuh. Terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah di matikan atau di lemahkan tidak akan membuat penderita jatuh sakitvaksin di masukan kedalam tubuh yang biasanya melalui suntikan. Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi ke dalam vaksin yang di masukan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang. Kemudian antibodi akan terus berada di peredaran darah membentuk imunisasi ketika suatu saat tubuh di serang oleh mikroorganisme yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin,maka antibodi akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi. Pada anak yaitu:Polio,campak,rubella,difteria,batuk rejan,meningitis,cacar air,gondongan,dan hepatitis B.Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yag di berikan pada kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan resiko tinggi menderita infeksi yaitu: Hepatitis A.