MATERI PENYULUHAN
1.
Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau
dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ), dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam, perdarahan.
DHF
atau yang dikenal dengan DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
(Hidayat, 2008)
DHF
adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan melalui
gihitan nyamuk Aedes aegypti (Ngastiah, 2005).
2. Penyebab Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Penyebab DHF adalah Arbovirus (
Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes
Aegepty ). Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus
merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya
melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut
berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih
yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti)
maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang
hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
Ciri-ciri nyamuk Aides Aegypty
1. Tubuh
kecil, hitam, ada bercak putih pada kaki dan badan nyamuk
2. Hinggap
mendatar, senang ditempat gelap
3. Menggigit
pada siang hari
3. Gejala Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Gejala klinik timbul secara mendadak berupa :
1.
Demam
Diawali
dengan demam tinggi mendadak, kontinu, bifasik, berlangsung 2-7 hari,
naik-turun tidak mempan dengan antipiretik. Pada hari ke-3 mulai terjadi
penurunan suhu namun perlu hati-hati karena dapat sebagai tanda awal syok. Fase
kritis ialah hari ke 3-5.
Demam
tinggi terus menerus. Suhu badan sekitar 39 – 40 derajat Celcius.
Gambar 1 Kurva Suhu DBD
2. Perdarahan
Perdarahan
biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang dapat
terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
3. Hepatomegali
Pada permulaan
dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati
juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal
harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok
biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda
– tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa
demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
4.
Klasifikasi
Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic
Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu:
a.
Derajat I
Panas 2 – 7
hari, gejala umum tidak khas, uji tourniquet hasilnya positif, tanpa perdarahan
spontan.
- Derajat II
Sama dengan
derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti
petekia,
ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan
sebagainya.
- Derajat III
Penderita syok
ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun
(120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
- Derajat IV
Nadi tidak
teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
5.
Pencegahan
Pencegahan
penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat,yaitu
1.Lingkungan
Metode lingkungan
untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah.Sebagaicontoh:
-Menguras bak mandi/penampungan
air sekurang-kurangnya sekali seminggu
.- Mengganti/menguras vas
bunga dan tempat minum burung seminggu sekali
.- Menutup dengan rapat tempat
penampungan air.
- Mengubur kaleng-kaleng
bekas, aki bekas dan ban bekas disekitar rumah-danlainsebagainya.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara
lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang),dan bakteri
(Bt.H-14).
3.Kimiawi
Cara pengendali anini antara
lain dengan:
- Pengasapan/fogging (dengan
menggunakan malathion dan fenthion),
- berguna untuk mengurangi
kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
-Memberikan bubuk abate
(temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Cara
yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan
cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras,
menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang
obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
6.
Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan
pembesaran limpa (Splenomegali).
Kemudian virus akan bereaksi dengan
antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan
mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator
kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah
yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra
seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen)
merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF.
Adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam
rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan
cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF
menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan
tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran
pencernaan dan jaringan adrenal.
7.
Tindakan yang dapat dilakukan
sebagai terapi
Penatalaksanaan
penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makan lunak.
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat
berupa : air putih, susu, jus jambu merah, teh manis, sirup dan beri penderita
sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
d. Berikan Kompres dengan air hangat pada
saat panas tinggi
e. Segera bawa ke dokter atau puskesmas
terdekat
8. Tips menghindari atau mencegah
berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
- Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF)
ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat
perindukannya dengan melakukan “3M” yaitu
1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara
teratur sekurang – kurangnya 1 x seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke
dalamnya
2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air
3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas
yang dapat menampung air hujan, seperti kaleng bekas, botol pecah dan benda
lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
- Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan
dan diganti airnya minimal 4 hari sekali.
- Menaburkan
bubuk abate,
dengan
cara untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk
Abate atau 10
gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk
menakar, gunakan
sendok makan. Satu sendok makan peres (yang diratakan di
atasnya) berisi
10 gram Abate. Anda tinggal membaginya atau menambahnya sesuai dengan banyaknya
air yang akan diabatisasi. Takaran tak perlu tepat betul. (Abate
dapat dibeli di apotik-apotik).
- Memelihara ikan
pemakan jentik nyamuk
- Rumah
dibersihkan, tidak menggantung baju
- Panggil petugas
untuk penyemprotan bila perlu